Rabu, 08 Oktober 2014

Motivasi dari kisah Abu Nawas

Alkisah, Abu Nawas dan anaknya akan pergi ke suatu kota dengan menuntun seekor keledai. Saat melewati daerah A, Abu Nawas mendengar beberapa orang yang membicarakan dirinya, “Hei, lihat Abu Nawas dan anaknya adalah orang yang bodoh. Mereka membawa seekor keledai tapi tidak ditunggangi.” Mendengar itu lantas Abu Nawas menaiki keledai dan anaknya menuntun keledai tersebut
Tiba di kota B, Abu Nawas kembali mendengar bisik-bisik mengenai dirinya. “Hei, lihat.  Abu Nawas adalah seorang ayah yang tidak menyanyangi putranya. Dia membiarkan anaknya berjalan sedangkan dirinya menungganggi keledai itu seorang diri.” Mendengar itu, Abu Nawas turun dari keledai dan anaknya menungganggi keledai tersebut.
Tiba di kota C, orang-orang di kota membicarakan dirinya. “Hei, lihat. Anak Abu Nawas adalah seorang anak yang durhaka. Dia membiarkan ayahnya berjalan kaki sedangkan dia menungganggi keledai seorang diri.” Akhirnya Abu Nawas dan anaknya menunggangi keledai itu berdua.
Di kota D, kembali orang-orang berbicara. “Hei Abu Nawas. Tidakkah kau berkasihan kepada keledai tua itu. Dia tidak kuat menanggung beban dua orang. Turunlah dan gendonglah keledai itu.” Mendengar perkataan orang itu, maka Abu Nawas dan anaknya menggendong keledai itu di punggungnya. Sepanjang sisa perjalanan orang-orang terus mebicarakan mereka.
See?? Kalau lo mendengarkan semua perkataan orang-orang tentang lo, gue jamin ga bakal ada habisnya. Karena mereka mementingkan kepuasan mereka sendiri untuk melihat apa yang ingin mereka lihat dan mendengar apa yang ingin mereka dengar. Ga usahlah lo gubris perkataan mereka. Lo cukup lakuin yang terbaik buat diri lo dengan cara lo sendiri. Peduli apa sama mereka yang tidak pernah menghargai usaha lo. Sesungguhnya mereka hanyalah orang yang ga punya kerjaan belaka. Mereka meluangkan waktu untuk mengintip pekerjaan orang lain tapi tidak mempunyai waktu untuk berkaca apakah diri mereka sudah benar.
Waktu lo bakal kebuang percuma untuk ngurusin orang-orang seperti mereka. Semakin dewasa seseorang seharusnya semakin bisa melihat apa yang kurang dari diri mereka. Pikiran mereka uda terpengaruh oleh infotainment. Sehari ga ngomongin orang itu rasanya bikin bibir pedes.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar